Jumat, 13 Juni 2014

Pestisida, Ibarat Pisau Bermata dua??



Jangan sembarangan menelan makanan meskipun terlihat sehat dan menyegarkan. Beberapa bahan makanan nabati diperoleh dari tanaman yang dibesarkan dengan pestisida. Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Beberapa ilmuwan masih menoleransi kadar pestisida dalam makanan dengan mengatakan bahwa dalam jumlah kecil efeknya tidak akan terlalu signifikan bagi tubuh. Namun ilmuwan lainnya ada yang bersikeras bahwa dalam dosis yang sangat kecil pun pestisida bisa menimbulkan masalah kesehatan. Efeknya bisa saja muncul beberapa puluh tahun berikutnya.
Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman  dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai  “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Efek samping dari penggunaan pestisida diantaranya pencemaran lingkungan dan residu dari pestisida, residu pestisida inilah yang biasanya terkandung dalam suatu sayuran ataupun buah yang perkembangannya didukung oleh pestisida. Residu pestisida adalah pestisida yang masih tersisa pada bahan pangan setelah diaplikasikan ke tanaman pertanian.  Akibat dari pestisida terhadap kesehatan diantaranya terjadi gangguan dalam metabolisme tubuh dimana diketahui lebih dari 260 pestisida terbukti berkaitan dengan berbagai jenis kanker.
Gejala yang mungkin terjadi pada paparan pestisida jangka panjang yaitu peningkatan risiko kanker,  kerusakan syaraf, gangguan reproduksi, kerusakan organ tubuh, gangguan intruksi ke sistem hormon. berbagai pestisida membunuh hama dengan mengganggu sistem syaraf. Karena kesamaan sifat biokimia sistem syaraf di antara berbagai organisme, terdapat spekulasi bahwa bahan kimia ini juga memiliki dampak negatif bagi manusia. Keracunan akut dapat terjadi pada berbagai situasi, bisa melalui makanan yang mengandung residu pestisida, termasuk tidak sengaja tertelan ketika melakukan aktivitas pertanian bersama keluarga di pekarangan rumah. Anak-anak merupakan yang paling rentan terhadap keracunan karena antibodi mereka belum berkembang untuk melawan berbagai jenis bahaya toksisitas. Beberapa dampak kesehatan dari pestisida dapat terjadi dalam waktu singkat setelah terjadinya paparan. Gejala tersebut berupa  iritasi mata dan pengeluaran air mata terus menerus, luka tertentu pada kulit, memar, pembengkakan, luka bakar, berkeringat, dan sebagainya, sakit kepala, depresi, kejang otot, mual, muntah, diare, nyeri perut jika pestisida tertelan ke saluran pencernaan. Adapun untuk pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran pestisida diantaranya memberikan sosialisasi peraturan terkait penggunaan pestisida secara aman dan tepat sasaran, mengadakan pengarahan kepada pengguna, melakukan pengendalian hayati dengan biokontrol dan bioremediasi, serta memperhatikan faktor kondisi lingkungan pada saat menggunakan pestisida.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar