Jangan
sembarangan menelan makanan meskipun terlihat sehat dan menyegarkan. Beberapa
bahan makanan nabati diperoleh dari tanaman yang dibesarkan dengan pestisida. Akhir-akhir
ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat
pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi
pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Beberapa ilmuwan masih
menoleransi kadar pestisida dalam makanan dengan mengatakan bahwa dalam jumlah
kecil efeknya tidak akan terlalu signifikan bagi tubuh. Namun ilmuwan lainnya
ada yang bersikeras bahwa dalam dosis yang sangat kecil pun pestisida bisa
menimbulkan masalah kesehatan. Efeknya bisa saja muncul beberapa puluh tahun
berikutnya.
Dewasa ini pestisida
merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi
tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun
ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh
sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab
dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat
serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit
maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari
waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Efek samping dari
penggunaan pestisida diantaranya pencemaran lingkungan dan residu dari
pestisida, residu pestisida inilah yang biasanya terkandung dalam suatu sayuran
ataupun buah yang perkembangannya didukung oleh pestisida. Residu pestisida
adalah pestisida yang masih tersisa pada bahan pangan setelah diaplikasikan ke
tanaman pertanian. Akibat dari pestisida
terhadap kesehatan diantaranya terjadi gangguan dalam metabolisme tubuh dimana
diketahui lebih dari 260 pestisida terbukti berkaitan dengan berbagai jenis
kanker.
Gejala yang mungkin terjadi
pada paparan pestisida jangka panjang yaitu peningkatan risiko kanker, kerusakan syaraf, gangguan reproduksi, kerusakan
organ tubuh, gangguan intruksi ke sistem hormon. berbagai pestisida
membunuh hama dengan mengganggu sistem syaraf. Karena kesamaan sifat biokimia
sistem syaraf di antara berbagai organisme, terdapat spekulasi bahwa bahan
kimia ini juga memiliki dampak negatif bagi manusia. Keracunan akut dapat
terjadi pada berbagai situasi, bisa melalui makanan yang mengandung residu
pestisida, termasuk tidak sengaja tertelan ketika melakukan aktivitas pertanian
bersama keluarga di pekarangan rumah. Anak-anak merupakan yang paling rentan
terhadap keracunan karena antibodi mereka belum berkembang untuk melawan
berbagai jenis bahaya toksisitas. Beberapa dampak kesehatan dari pestisida
dapat terjadi dalam waktu singkat setelah terjadinya paparan. Gejala tersebut berupa
iritasi mata dan pengeluaran air mata
terus menerus, luka tertentu pada kulit, memar, pembengkakan, luka bakar,
berkeringat, dan sebagainya, sakit kepala, depresi, kejang otot, mual, muntah,
diare, nyeri perut jika pestisida tertelan ke saluran pencernaan. Adapun untuk
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran pestisida diantaranya
memberikan sosialisasi peraturan terkait penggunaan pestisida
secara aman dan tepat sasaran, mengadakan pengarahan kepada pengguna, melakukan
pengendalian hayati dengan biokontrol dan bioremediasi, serta memperhatikan
faktor kondisi lingkungan pada saat menggunakan pestisida.